Maulidan, Sholawatan, Tahlilan, Adalah Tradisi Islam di Nusantara


tradisi islam di nusantara

Tradisi islam di bumi nusantara tidak sedikit sekali laksana maulidan, sholawatan dan pun acara tahlilan dengan teknik sendiri atau berkumpul menyimak kalimah thoyyibah laksana istighfar dan pun membaca tasbih.

Tradisi islam di nusantara tidak sedikit dilakukan penduduk nahdliyyin (sebutan guna orang NU) yang adalahorganisasi islam terbesar di dunia, tidak sedikit sekali badan-badan otonom dalm organisasi Nahdlatul ulama (NU) tersebut laksana Gerakan pemuda Ansor (GP Ansor), Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Fatayat NU, Muslimat NU, Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), dan dalam waktu setahun belakangan LD PBNU menyusun Internet Marketers Nahdlatul Ulama (IMNU) yang bermunculan pada tanggal 9 september 2017 di Hotel Grand Asrilia di Kota Bandung. Karena besarnya organisasi NU ini maka secara otomatis di Nusantara Indonesia ini tidak sedikit sekali yang menyelenggarakan tradisi maulidan, sholawatan, tahlilan, yasinan, manaqiban dan pun halal bihalal atau saling maaf mengampuni dengan teknik berjabatan tangan yang diselenggarakan setiap hari raya idul fitri. Karena besarnya Massa yang dipunyai oleh organisasi ini maka kegiatan-kegiatan itu di atas terus tumbuh subur dalam masyarakat Indonesia dan telah menjadi kultur kebiasaan islam yang sejuk sarat persatuan pada masyarakat Indonesia. Kenapa tradisi-tradisi laksana tahlilan, sholawatan dan pun maulidan tersebut di bilang sejuk sebab dalam acara tersebut tidak jarang kali menggaungkan kalimat-kalimat tauhid “ Lailaha Illa Allah Muhammadurrasulu Allah”, kalimat istighfar, tasbih dan tahmid. Tradisi-tradisi tersebut pun menguatkan persatuan antar insan (warga) sebagai hubungan hablumminannas sebab dalam masing-masing kegitan itu mereka tidak jarang kali berkumpul dan sarat dengan kekariban dan tak jarang pula mereka saling gotong royong untuk menolong suksesnya pekerjaan tersebut.

Apa tersebut sebenarnya Tradisi Maulidan, Sholawatan dan tahlilan ?

Maulidan ialah sebuah tradisi islam di nusantara untuk mengenang hari bermunculan Nabi Muhammad SAW. Yang jatuh masing-masing tanggal 12 rabiul mula dalam penanggalan tahun hijriyah. Kata maulid atau milad dalam bahasa arab dengan kata lain hari lahir, bila disaksikan dari dengan kata lain tradisi ini telah jelas maksud dan tujuannya yaitu mengenang hari bermunculan Nabi Muhammad sebagai format wujud espresi kegembiraan dan penghormatan kaum muslim untuk Nabinya yang merupakan insan yang menjadi suri tauladan untuk seluruh ummat manusia. Bagi isi dari pekerjaan maulid nabi sendiri yaitu seringkali berupa pengajian (Mauidhah hasanah) yang dilaksanakan oleh semua kyai untuk mengisahkan sejarah (tarikh) Nabi Muhammad SAW dalam segala sisi kehidupan Nabi seperti ketika nabi dicetuskan dalam suasana Yatim sampai perjuangan nabi hingga Nabi Wafat, di samping mauidhah hasanah seringkali dalam acara tersebut tidak sedikit melantunkan shalawatan atau shalawat nabi yang dilantunkan oleh group-group rebana atau marawis yang ada, sholawatan tersebut sendiri dipungut dari kelompok sejarah nabi dan sholawat yang terdapat dalam buku dhiba’ dan istilah dalam kaum Nahdliyyin dinamakan dengan Dhiba’an atau berjanjen.
Sholawatan ialah membaca sholawat untuk Nabi Muhammad sebagai insan termulia di dunia, seringkali tradisi sholawatan ini dilaksanakan di masjid-masjid atau pada acara-acara tertentu laksana acara walimatul arsy ataupun walimatul khitan dengan menghadirkan group-group rebana atau marawis. Tradisi sholawatan ini seringkali di adakan masing-masing bulan rabiul mula (mulud-jawa) sekitar sebulan sarat disetiap masjid-masid atau musholla di indonesia, pesertanya juga beranekaragam umur mulai dari anak-anak ecil sampai orang-orang tua, mereka begitu khusyu’ dalam melantunkan sholawat-sholawat untuk nabinya insan yang dapat menyerahkan syafaat nanti dihari kiamat. Tradisi Sholawatan sendiri cocok dengan alqur’an dimana Allah berfirman “Innallaha wa malaikatahu yusholluna ‘alan nabi, ya ayyuhalladzina amanu shollu ‘alihi wa sallimu tasliman”. Dari ayat alqur’an tersebut dapat kita resapi lebih dalam bahwa Allah dan malaikat-Nya saja telah nyata-nyata bersholawat untuk Nabi Muhammad, maka insan yang melulu seorang hamba tentu pun tidak terdapat masalah andai membaca sholawat guna Nabinya. Untuk Penganut Islam nusantara terutama warga nahdliyyin memiliki anggapan tidak masalah mengerjakan sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh kanjeng Nabi asalkan tidak melanggar syari’at-Nya. Untuk mereka Bid’ah tersebut ketika ibadah mahdhah yang berjumlah lima yakni Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan ibadah Haji ditambah-tambah, dikurangi atau dirubah-rubah, di luar lima tersebut tidak menjadi sebuah masalah. Hal tersebut terasa jelas Jika kita mengingat Kitab suci Alqur’an dimana Ayat Al-Qur’an yang berkata tentang ibadah mahdhah melulu 3%, dan sisanya 97% tersebut tentang ibadah mu’amalah, itu dengan kata lain Allah lebih tidak sedikit menjelaskan mengenai bermuamalah guna menjaga, supaya hubungan dengan sesama insan tidak menyalahi aturan yang telah diputuskan oleh Allah. Innama a’malu binniyat segala sesuatu tergantung niatnya, sebab barang baik andai kita taruh pada lokasi yang tidak cocok maka bakal menjadi tidak baik.Wallahu a’lam.
Tradisi Tahlilan, Secara bahasa, Tahlil mempunyai makna menyatakan Allah sebagai Tuhan dengan perkataan Laa ilaaha illallah. Sedangkan Tahlilan, di dalamnya berisi bagian tradisi atau budaya, yaitu pekerjaan yang diselenggarakan untuk mendoakan secara bersama-sama sekelompok (jamiyah) orang guna orang yang sudah meninggal dunia. Dalam tradisi tahlilan itu selain menyampaikan kalimat tauhid laa ilaaha illallah pun mengucapkan kalimat muhammadurrasulullah, itu dengan kata lain dalam tradisi tahlilan di samping mengakui Allah sebagai tuhan pun mengakui bahwa Nabi Muhammad ialah utusan Allah. Tahlilan hanyalah suatu tradisi saja dan bukan sesuatu yang mesti oleh karena tersebut sah-sah saja sebab di dalamnya tidak ada bagian tercela sama sekali melulu dzikir dan dzikir menilik dan mengakui dominasi Allah serta mensyukuri apa yang sudah Allah karuniakan untuk hambanya. Didalam tradisi tahlilan seringkali di dahului dengan yasinan (membaca surat yasin) secara bersama-sama (berjamiyyah).

Yang butuh digaris bahawi dalam tradisi-tradisi ummat islam di Indonesia ini di samping memperkuat keimanan terhadap Allah pun mampu mempererat kesatuan dan persatuan antar anak bangsa. Ini sangat urgen sekali guna terus Mengawal doktrin ahlussunah wal jamaah dan pun menjaga Negara Kesatuan republik Indonesia dari upaya memecah belah bangsa Indonesia. Indonesia dengan PANCASILA dan UUD’45 diperjuangkan oleh semua pahlawan nasional dan pun para ulama dengan tidak gampang (nyawa taruhannya), oleh sebab tersebut wajib hukumnya guna dipertahankan.